Metro, Mediatamanres.com
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Metro menggelar acara halal bihalal dengan keluarga besar NU se-Kota Metro di Kampus Universitas Ma’arif Lampung (Umala) Kelurahan Purwosari Kecamatan Metro Utara, Rabu (1/5/2024).
Tampak hadir dalam halal bihalal itu Mustasyar PWNU Lampung, KH Zakaria Ahmad, BA, Wakil Rois PWNU Lampung KH Dahlan Rosyid, Bendahara PWNU Lampung, H Rudi Hartono, Rois Syuriah PCNU Metro Kyai Mahsun Jauhari, Katib KH Zamroni Ali, Ketua Tanfidliyah PCNU Metro Dr Mispani Ramli dan jajarannya, Pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC NU), Pengurus Ranting dan Anak Ranting, Pengurus Lembaga dan Badan Otonom di lingkungan PCNU Kota Metro.
Halal bihalal yang diisi dengan siraman rohani oleh Mustasyar PWNU Lampung KH Zakaria Ahmad itu berlangsung khidmat dan penuh dengan kekeluargaan. Apalagi penyampaian bisa mengena yang diselingi gaya dan bahasa Lampung yang menjadi ciri khasny, sehingga mengundang gelak tawa seluruh hadirin.
Dalam kesempatan itu, selain mengulas materi Halal bihalal, Buya Zakaria Ahmad, juga mengajak dan mengingatkan akan nilai atau filosofi yang melekat pada lebah.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Nabi Muhammad SAW bersabda “Manusia mukmin adalah laksana lebah madu. Jika dia makan, hanya memakan makanan yang baik, jika mengeluarkan sesuatu adalah sesuatu yang baik pula dan bila hinggap di atas ranting pohon tidak mematahkannya dan merusaknya.” (H.R. Ahmad).
Dari hadis tersebut dapat ditarik kesimpulan terkait bagaimana hendaknya seorang mukmin yang baik itu.
Pertama, manusia mukmin sejatinya akan memilih dan memilah makanan itu halal atau haram untuk dimakan. Sebagaimana lebah yang selalu memakan sari bunga yang terbaik, meskipun dalam bunga terdapat putik maupun benang sari yang cantik. Begitu pun seharusnya manusia mukmin berusaha untuk menghadirkan kepenuhan makanan yang halal dan menghindarkan dari hal-hal yang mengandung syubhat.
Kedua, lebah pasti meninggalkan yang baik. Madu adalah peninggalan dari lebah yang memiliki khasiat yang bagus bagi kesehatan. Seperti halnya lebah, manusia mukmin seharusnya juga dapat memberikan manfaat di mana pun ia menginjakkan kaki. Bukan malah sebaliknya, membuat kekacauan sehingga meninggalkan kesan dan efek yang kurang baik bagi orang sekitarnya.
Ketiga, lebah itu ketika hinggap di tempat tertentu tidak akan membuat dan meninggalkan kerusakan. Ketika lebah bersarang di pepohonan maka lebah tidak akan merusak pohon itu, Itulah sejatinya seorang mukmin yang baik, jadi di mana pun berada tidak akan meninggalkan apa pun kecuali kebaikan.
“Selain itu, lebah juga termasuk hewan yang suka menyerang secara bersama-sama bila diusik, kemanapun yang mengusik lari terus dikejar dan diserangnya meski setelah menyengat harus mati,” urainya.
Pada kesempatan yang sama Bendahara PWNU Lampung, H Rudi Hartono mewakili Ketua PWNU Lampung mengajak jajaran PCNU untuk terus melestarikan tradisi halal bihalal sebagai warisan para Muasis NU, sebab dalam kegiatan ini erat dengan nilai sosial untuk saling maaf memaafkan antar Pengurus dan warga NU, mengingat tidak semua punya waktu yg luang saat hari raya Idul Fitri, tak lupa momentum tersebut juga digunakannya untuk memintak maaf selama 3 tahun menjadi Pj Ketua PCNU Kota Metro.
“Atas nama pengurus PWNU dan pribadi, saya mengucapkan minal Aidin walfaidhin mohon maaf lahir batin, sebab di Metro ini saya banyak dosa dan salahnya, karena tidak bisa menyelesaikan kepemimpinan saya sampai tahun 2025 mendatang karena dimintak untuk menjadi Bendahara PWNU Lampung, namun satu sisi saya memberikan kesempatan kepada pakde Mispani.
Terkait makna Halal bihalal nanti kita dengarkan bersama pemyampaian Buya Zakaria Ahmad,” katanya.
Sementara itu, Ketua PCNU Metro, Dr Mispani, MPd.I, juga menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh Pengurus NU, Pengurus Lembaga dan Badan Otonom, Pun demikian dirinya juga dengan lapang dada memaafkan kepada seluruh hadirin.
Menurut Rektor Umala itu, pencentus halal bihalal adalah KH Wahab Hasbullah yang juga pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama.
Istilah halal bihalal itu, mulai populer pada tahun 1948 berawal saat Presiden Soekarno meminta solusi pada KH Wahab Hasbullah untuk menyelesaikan konflik yang terjadi pada elit politik di Pemerintahan.
Sowan yang dilakukan Bung Karno itu membuahkan hasil, yakni diselesaikan dengan silaturahmi. Hanya saja istilah silaturahmi itu sudah lumrah dikenal masyarakat, maka KH Wahab Hasbullah mengganti dengan istilah baru yakni halal bihalal. Kisah legendaris itu terbukti ampuh mampu menyatukan elit politik yang tengah berkonflik bisa bersatu dikumpulkan dalam satu tempat dan saling maaf memaafkan.
Lebih lanjut, Dr Mispani, usai halal bihalal ini mengajak kepada seluruh pengurus NU di masing-masing level kepengurusan, pengurus Lembaga dan Badan Otonom untuk melaksanakan program PCNU sesuai hasil yang diputuskan dalam Musker, sehingga program-program yang digariskan bisa diwujudkan secara keseluruhan.
“Mohon doanya, dalam waktu dekat kita merencanakan akan membangun gedung baru di belakang Kampus kita ini yang akan kita gunakan untuk kampus Pasca Sarjana, sebab lokal yang saat ini digunakan untuk mahasiswa Pasca Sarjana sudah kurang representatif disamping juga kekurangan lokal, karena mahasiswa Pasca terus bertambah. Dan juga mohon doanya kami agendakan pada tanggal 14 Mei 2024 mendatang kita akan mengadakan wisuda,” tutupnya.
Setelah ditutup oleh pembawa acara yang dipandu Sekretaris PCNU Kota Metro, H Syahro dilanjutkan dengan acara salam-salaman dan makan siang bersama. (Joko)